Blogger Indonesia

Jumat, 22 Juli 2011

Hasil wawancara dengan seorang ibu, dengan judul "Aku rindu suamiku, rindu keluargaku…" (Kisah Nyata)


Bismillah...

Aku lahir dari keluarga miskin. Banyak adik dan ada satu abang. Aku anak ke dua, bilang saja namaku Yanti. Aku gak pernah diperhatikan keluargaku. Dan abang sulungku sangat jahat. Aku selalu disiksa, orang tuaku bukan tak tahu akan hal itu. Tapi aku selalu disisihkan. Aku coba cari perlindungan. Hatiku terpaut sama seorang laki-laki. Aku pun menikah, dan tak lama mempunyai anak. Tapi sayang perkawinanku tak lama. Aku dapat tahu kalau suamiku telah beristri jauh sebelum denganku. Aku dimaki bapak dan ibuku, aku adalah anak yang buat malu. Aku selalu menanti suamiku dengan penuh harap, dan kepastian. Tapi yang ku dapat hanya penantian yang hampa. Aku ditinggal tanpa kata….

3 tahun aku tunggu kedatangannya. Tapi tak kunjung datang. Sementara keluargaku mengolok olokan aku dengan puas. Aku tak tahu harus kemana dan gimana. Akhirnya kuputuskan tuk kerja ke luar negeri. Setelah aku dua bulan disana, aku dapat kabar suamiku kirimkan surat jatuh talak. Sakit yang teramat aku rasa. Habislah penantian dan harapanku. Aku belajar ikhlas dan ridho dengan ketentuan ini. Kuteruskan hidup dirantau. Genap setahun aku kerja. Majikan aku mulai menampakan budi tak baiknya. Dia jatuh cinta ke aku. Dia mau perkosa aku. Aku takut dan merasa terpukul, aku tak dapat pikir lagi. Akhirnya aku lari dan tinggal dengan temanku. Aku jadi pendatang haram atau ilegal….

Namun selama aku disana aku tak pernah keluar, sebab aku takut polis. Waktu terus berjalan dan aku tetap duduk dengan kawanku. Aku mulai jenuh dan boring. Hingga suatu malam aku jumpa dengan seorang laki-laki yang datang ke tempat Ani temanku. Dia baik hati dan sangat sopan. Dengan berlalunya waktu kami pun berteman. Dia buatkan aku paspor dan permit kerja. Dia juga carikan aku kerja yang sangat lumayan gajinya. Suatu hari dia cakap sangat mencintai aku. Awalnya aku ragu. Tapi setelah ku jalani dia sangat bertanggung jawab. Akhirnya kami merrid. Aku hamil 7 bulan aku dapat tahu kalau dia ada istri di Indonesia. Entah mengapa perasaan aku jadi jahat dan serakah. Aku cape mengalah….

Aku tak mau kalau kebahagiaan aku terenggut lagi. Aku sangat menderita dengan semua ini. Setiap aku tanya, dia selalu bilang sangat cintai aku. Dan nak hidup sama aku. Aku bahagia hidup sama dia. Aku dengannya betul-betul merasakan apa itu kebahagiaan. Dia pun sama sangat sayang aku. Setelah melahirkan, cobaan datang bertubi-tubi. Istrinya tahu kalau suaminya kawin lagi denganku. Setiap saat dia telpon, dan minta kirim uang. Aku tahu suamiku teramat mencintaiku. Tapi disini aku tidak pernah temukan suatu KEPASTIAN, bahkan yang paling sakit dia tak mau jujur mengakui keberadaan aku dan bayiku. Dia nak ceraikan istrinya. Tapi bila istrinya tanya lain pula yang di jawab….

Genap 2 bulan usia bayiku. Aku benar-benar tak sabar lagi dan tak tahan lagi. Kami ribut sangat dahsyat, sampai dia terucap (Sebenarnya aku sayang istriku yang di Indonesia). Itu bagaikan sembilu yang menyayat hatiku. Aku pergi tinggalkan dia. Aku bawa anak aku, aku berjalan ditengah gelapnya malam. Aku tak tahu mau kemana. Yang aku tahu betapa pilu nasib diriku. Aku tidur di rumah sakit malam itu. Aku janji dalam hati ini tak mau kembali padanya. Pagi pun tiba, aku jumpa dokter yang sangat baik. Aku kerja dengan anak aku dirumahnya sampai 2 bulan lamanya. Tanpa ku kabari suamiku. Suatu hari aku pergi ke swalayan tak sengaja jumpa suamiku. Dia menangis dan memohon tuk aku kembali….

Aku luluh dengan linangan air mata suamiku. Keadaannya sangat kurus tak terurus. Akhirnya aku kembali, tapi dengan satu syarat. Kita balik ke Indon dan selesaikan semuanya. Dia setuju. Ya.. kami balik ke Indon. Dia bawa aku ke rumahnya, dan kenalkan aku dengan ibunya. Aku bahagia kihat keberanian dia. Tapi semua itu tidak lama. Setelah istrinya datang jumpai suamiku. Semua berubah. Dia luluh dan ikut kerumahnya dengan alasan tak mau rebut malu dengan orang. Tinggal aku yang macam orang bodoh, hina, dan tak ada lagi alasan aku terus tinggal disitu. Aku pergi balik malam itu juga tanpa ku kabari dia. jarak Subang-Jepara bukan dekat, 12 jam. Sampai dirumah aku diusir sebab aku balik bukan bawa duit….

Melainkan kawin dan ada anak. Aku sedih yang teramat sangat. Aku pergi jauh dari keluargaku, dari suamiku. Aku tak bisa kembali ke luar negri lagi sebab tak ada duit. Aku dengar suamiku sudah kembali ke luar negri lagi. Aku tak tahu hubungan dengan istrinya yang di Jawa gimana. Kini aku dan anak aku numpang dengan orang, hari-hari aku jalani sendiri, kemana aku bawa luka ini. Aku harus teruskan hidup buat anak aku. aku tak tahu sampai kapan aku disini. Aku rindu suamiku, rindu keluargaku…

Aku menangis pilu meratapi ini semua. Aku titipkan rindu yang terindah buat mereka. Ku layangkan doa yang terikhlas tuk kalian. Ku tetap merinduinya. Walau aku takkan mungkin memilikinya….

“ku tuliskan kisah hidup ini untuk menjadi hikmah dalam sanubari yang kosong untuk melihat kebawah kehidupan. Semoga bermanfaat…”

Dalam perenungan menjelang maghrib.
Ati Puspita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar