Oleh :
Moh.
Sandiawan
(1111032100048)
I. PENDAHULUAN
Telah kita ketahui aliran filsafat
Nyaya tergolong kedalam kelompok
filsafat Astika (Ortodok) yakni filsafat yang mengakui kedaulatan dan kebenaran
Weda. Sesungguhnya Nyaya membicarakan tentang Filsafat dan metode untuk
mengadakan penelitian kritis dan logis
Maka
setidaknya itulah yang melatarbelakangi penulis makalah ini untuk mengutarakan
secercah pengetahuan tentang filsafat Nyaya yang merepresentasikan pada
sebentuk Tuhan dan Kelepasan.
II. FILSAFAT NYAYA
Jika ke empat system pemikiran india
lainnya (samkhya,yoga,purva- mimamsa dan vedanta) adalah bersifat spekulatif,
Dalam arti bahwa mereka menjelaskan alam-semesta sebagai satu kesatuan
menyeluruh, maka sistem nyaya-vaishenhika mewakili tipe filasafat analisis
serta menjungjung tinggi akal sehat dan sains. Ciri khas system nyaya adalah
penggunaan metode sebagai sains,yakni pemeriksaan logis dan kritis, mereka
mencoba untuk mengembalikan subtansi-subtansi tradisional, jiwa di dalam diri
dan alam (nature) di luar diri, tanpa semata-mata berdasarkan otoritas. Kaum
nyaya mengakui kebenaran segala sesuatu berdasarkan akal-budi (reason). Yang
membedakan system nyaya dari system lainnya adalah perlakuan kritis terhadap
masalah metafisika. Vacaspati mendefinisikan tujuan nyaya sebagai pemeriksaan
kritis atas objek pengetahuan melalui pembuktian logis. Sistem nyaya sebenarnya
juga menjelaskan mekanisme pengetahuan secara mendetail serta beragumen melawan
skeptisisme yang menyatakan bahwa tidak ada yang pasti[1].
Sistem ini sejak lama diperlakukan
sebagai bagian dari satu keseluruhan, system vaisheshika dipakai untuk
melengkapi system nyaya,dan banyak sutras dalam sistem nyaya mengandaikan
system vasheshika.Menurut Jacobi, “penyatuan kedua system ini sudah mulai sejak
awal dan mencapai puncaknya pada saat nyayavarttika ditulis.
Sejak dahulu kala, filsafat nyaya
sudah mendapat penghormatan besar.Bahkan Manu sendiri memasukkannya dalam
katagori surti. Yajnavalkya menganggapny sebagai salah satu dari ke-empat ruas
weda. Dalam studi klasik tentang hinduisme, terdapat lima subjek, yakni sastra
(kavya),drama (namaka),retorika (alamkara),logika (tarka), dan tata bahasa
(uyakarana).Setiap system filsafat hindu menerima prinsip dasar logika
nyaya.Jadi,system nyaya berfungsi sebagai sebuah pengantar bagi semua filsafat
sistematis.[2]
II. Ruang
lingkup Nyaya
Secara harfiah, kata “Nyaya”
berarti sarana yang membimbing pikiran untuk mencapai suatu kesimpulan. Kata
Nyayalantas menjadi setara dengan ‘Argumen”,karena itu system filsafat yang
menggunakan argument secara menyeluruh disebut filsafat nyaya. Secara popular,
nyaya berarti ‘benar’ atau ‘lurus’,sehingga nyaya menjadi sains tentang
penalaran yang benar.Dalam arti sempit, ‘nyaya’ berarti penalaran
silogistis,sedangkan dalam arti yang luas , ‘nyaya berarti peme-riksaan objek
melalui bukti-bukti dan menjadi sebuah sains pembuktian atau pengetahuan yang
benar.Semua pengetahuan mengimplikasikan empat kondisi :
1.
Subjek pengenal (pramatr)
2.
Objek (prameya)
3.
Kondisi hasil dari pengenalan (pramiti)
4.
Sarana pengetahuan (pramana)
Setiap
tindakan sah atau tidak sah, melibatkan tiga unsure, yakni : subjek
pengenal,isi apa yang disadari oleh subjek,dan hubungan pengetahuan antara
keduanya,yang dapat dibedakan walaupun tidak dapat di pisahkan.Hakikat
pengetahuan sebagai sah atau tidak sah tergantung pada unsure ke-empat yakni ‘pramana’[3].
Filsafat nyaya bukan hanya
mempertanyakan cara serta sarana yang dipakai oleh pikiran manusia untuk
mengerti dan mengembangkan pengetahuan,tetapi juga menafsirkan fakta-fakta
logis dan mengungkapkannya dalam rumusan yang logis. Pramana lantas menjadi
ukuran pengetahuan melalui mana kita dapat memeriksa dan mengevaluasi
pengetahuan yang sudah ada di dalam diri kita. Karenanya, logika adalah sains
pembuktian atau pengukuran bukti.Masalah kebenaran memiliki dampak penting bagi
teori metafisika. Sistem nyaya merupakan sebuah metafisika tentang
realitas.Jadi, ia bukan hanya merupakn logika formal semata, tetapi juga
sebagai sebuah epistemology penuh,yang menggabungkan diskusi tentang
psikologi,metafieika gan teologi.
III. Subtansi
dan Katagori
Filsafat nyaya mulai dengan
pustulat bahwa semua pengetahuan secara hakiki atau kodrati menunjuk pada
sebuah objek di luar dirinya dan bersifat mandiri. Objek-objek ini bukan hanya
bersifat mandiri,lepas dari pengetahuan, tetapi juga lepas dari satu sama lainnya,dokri
ini dapat digambarkan sebagai realisme plualistis. Namun kita tidak dapat
mengasumsikan bahwa data pengetahuan adalah tidak berhubungan satu sama
lainnya.Keragaman benda-benda yang dialami dapat dibagi menjadi dalam
kelompok-kelompok yang disebut ‘subtansi’. Nyaya-vaishehika membagi subtansi
menjadi Sembilan macam yakni :
1.
Tanah (prithivi)
2.
Air (apah,jala)
3.
Api (tejas)
4.
Udara (vayu)
5.
Eter (akasha)
6.
Waktu (kala)
7.
Ruang (dik)
8.
Diri (atman)
9.
Pikiran (manas).Kesembilan subtansi ini bersama-sama
dengan berbagai sifat dan hubungannya menjelaskan seluruh semesta alam.
Subtansi-subtansi di
atas tidak dengan sndirinya selu amenjelaskan menjelaskan seluruh alam semesta,
namun hanya berfungsi sebagai kerangka- kerja.Dalam objek individual dalam
alam, system nyaya-vasheshika meletakkan objek dalam enam katagori berbeda yakni
:
·
Kualitas (guna)
Katagori ini
mencakup 24 gunas, yakni warna (rupa),rasa (rasa),bau (gandha),sentuhan
(sparsa),angka (sankhya),ukuran (parimiti),perbedaan (prthaktva),hubungan
(samyoga),pemisah (vibhaga),kedekatan (paratva),berat (gurutva),kecairan (daravatva),kekentalan
(sneha),suara (sacda),pengetahuan (buddhi),keinginan (iccha),kebencian
(dvesa),usaha (yatna),kebaikan/jasa (dharma),keburukan (adharma),dan kesan
laten (samskara).
·
Tindakan atau macam-macam gerak (karma)
Yang
berhubungan dengan unsure dan kualitas, namun uga memiliki realitas mandiri,ada
lima macam gerak yakni : ke atas, ke bawah, mendatar,mengerut, dan mengembang.
·
Universalia (samanya)
Aspek objek
yang memberikan label secara umum menurut sipat yang paling umum, imi agak
mirip dengan idenya plato. Seperti contoh “ ide ‘kesapian’ adalah tunggal dan
tidak dapat dianalisis. Ide itu selalu hidup,tetapi tidak dapat dimengerti
melalui dirinya sendiri,namun hanya melalui dengan se ekor ‘sapi’ dan kesapian
dipahami sebagai dua entitas berbeda.
·
Individualitas (visesa)
Katagori ini
menunjukkan ciri atau sifat yang membedakan sebuah objek dari objek lainnya.
·
Hubungan niscaya (samavaya)
Dimensi objek
ini menunjukkan hakekat hubungan yang mungkin kalitas-kulitasnya yang inheren.
·
Penyangkalan,negasi,non-eksistensi
Katagori ini
menunjukkan sebuah objek yang telah terurai atau larut dalam partikel subatomic
terpisah melalui pelarutan universal dan ke dalam ketiadaan.
System nyaya
menerima empat sumber pengetahuan : persepsi,penyimpulan,analogi dan bukti
terpercaya.
Ada juga
nyaya mengajarkan ada empat cara atau alat untuk mencari atau mendapatkan
pengetahuan yang benar yakni :
1.
Sabda pramana dapat dibedakan atas dua hal yaitu :
·
Kesaksian yang diberikan oleh orang yang dapat
dipercaya karena keluhuran dank e tinggian budi nya yang dinyatakan dalam
kata-katanya yang di sebut pula laukita.
·
Kesaksian atau kebenaran weda,nyaya menyakini bahwa
weda merupakan wahyu tuhan,maka kesaksian kitab weda dipandang sbagai kesaksian
yang sempurna serta tidak dapat dibantah kebenarannya (weda merupakan kebenaran
yang mutlak)
2.
Upamana pramana yaitu mendapatka pengetahuan yang
benar dengan objek yang dilihat kemudian,
Cintoh : seseorang yang tidak tahu
dengan binatang singa.
Dari seorang zoolog dia mendapatkan
keterangan bahwa singa itu bentuknya menyerupai anjing namun muka dan kepalanya
kelihatan lebih garang.pada suatu ketika orang yang mendapat keterangan tentang
nama (sebutan) singa itu berjumpa dengan binatang serupa anjing di kebun
binatang,maka dia dapat membandigkan keterangan yang dia terima dengan binatang
yang dilihatnya serta dapat meyakini bahwa binatang tersebut adalah singa.
Dengan menghubungkan sedemikian rupa akhirnya seoarang
memiliki pengetahuan yang benar tentang suatu binatang. Cara seperti ini berlaku
pula pada objek-objek yang lain.[4]
3.
Anunama pramana yaitu cara mendapatkan pengetahuan
yang benar denagn penyimpulan dari suatu peristiwa.
Contoh :ditempat jauh dari kita dapat melihat ada asap
mengepul.maka dapat kita simpulkan bahwa sebelum asap itu tentu ada sesuatu
yang terbakar oleh api.
4.
Pratyaksa pramana merupakan cara mendapatkan
pengetahuan denagn pengamatan langsung.alat yang dipakai untuk mengamati
sesuatu dibedakan menjadi dua yaitu :
·
Pengamatan melalui panca indera.
·
Pengamatan yang bersifat transenden atau yang luar
biasa.
Contoh: seorang
yogi dapat mengetahui sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indera orang
biasa.ini disebabkan karna seorang yogi dapat berhadapan dengan sasaran yang
mengatasi indera manusia.kekuatan seperti itu dimiliki karna menguasai dan
menghubungkan prana pada dirinya dengan prana makrokosmos.Umpamanya : seutas
tali disangka se-ekor ular.Kesalahan bukan terletak pada objek atau sasaran
yang disajikan yaitu “seutas tali” sebab objek /atau sasaran itu benar-benar
ada.Kesalahan ada pada keterangan tambahan atau keterangan sifatnya (disangka
ular).Sekali demikian harus di ingat bahwa ular benar-benar ada,hanya saja
mungkin di tempat lain bukan waktu orang melihat seutas tali tadi. Jadi kesalahan terletak pada perbuatan member
corak/sifat kepada sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki oleh sesuatu yang
diamati.[5]
IV. TUHAN
Karena nyaya
menyakini keberadaan weda, maka penganut nyaya (naiyayika)percaya akan adanya
tuhan dan tuhan disamakan denagn siwa.Untuk membuktikan adanya tuhan nyaya
mengemukakan dua macam pembuktian tentang tuhan yaitu
a)
Bukti Kosmologi
Pembuktian ini menyatakan bahwa dunia ini adalah
akibat dari suatu sebab. Oleh karena itu tentu ada sebab yang pertama dan
utama.sebab itulah tuhan. Tidak ada sebab pertama kecuali tuhan karena segala
sesuatu yang diketahui oleh manusia memiliki kemampuan yang terbatas selain
tuhan.tidak ada sesuatu sebagai penciptanya sendirikecuali tuhan.
b)
Pembuktian teologis
Pembuktian ini menyatakan bahwa di dunia ini ada suatu
tata tertib dan atura tertentu sehingga dunia ini menampakkan suatu rencana
yang berdasarkan pemikiran dan tujuan tertentu. Tentu ada yang mengadakan
rencana dan tujuan tersebut.yang mengadakan itulah tuhan.
Tuhan disebut
juga paratman karena tuhan termasuk golongan jiwa tertinggi yang bersifat kekal
abadi, berada dimana-mana. Memenuhi alam dan merupakan kesadaran agung.
Nayan juaga
meyakini kebenaran huku karma sehingga menyatakan bahwa mahluk-mahluk di dunia
terikat akan haasil usahanya (karmanya).Setiap mahluk hidup tentu berbuat
sesuatu demi hidupnya. Dan ini akan menimbulkan suatu ikatan.Karena keterikan
itu menyebabkan jiwatnya menjadi terbelenggu oleh hasil karmanya yang akhirnya
mengakibatkan mahluk meengalami suka dan duka (derita).Jiwa mengalami kelahiran
selama jiwatnya itu terikat akan pahala karma.selain itu pula jiwatma akan
menglami kelahiran .hal itu disebabkan karena ketidak tahuan (awidya)terhadap
kebenaran sejati.
V. KELEPASAN
Kelepasan merupakan tujuan dari
mahluk (manusia).Kelepasan akan dapat dicapai denagan melalui pengetahuan yang
benar dan sempurna. Pengetahuan itu akan didapat dari tuntunan tuhan melalui
ajarannya. Sebagai wujud dari kelepasan iyalah terbebasnya jiwatma dari
kelahiran kesenangan maupun penderitaan.
Agar
kelahiran dan penderitaan terhenti maka hendaklah aktifitas (kerja)dihentikan
sehingga terwujudlah kelepasan yaitu suatu keadaan yang tidak terikat akan
karma ataupun phala karma.Untuk menghentikan aktifitas maka orang harus
melandasi hidupnya dengan pengetahuan kebebasan sejati sehigga dengan
pengetahuan itu orang akan bebas dari ketidak tahuan yang menyebabkan orang
menjadi sadar dan bebas dari keinginan,kesalahan dan penyelewengan.Dengan
demikian jiwatma akan bebas dari kerikil derita,tercapailah kelepasan.
Daftar
pustaka
I adiputra
gede rudia. Tattwa Darsana : Yayasan Darsa Sarathi Jakarta : 1990
Ali matius.
Filsafat india sebuah pengantar hinduisme & buddhisme : sanggar luxor cet ke-1 2010
Hadi
wijono,harun.sari filsafat india. Gunung mulia.cet 3 ke-1 1979
Ali,mukti.agama-agama
di dunia.yogyakarta : IAIN sunan kalijaga press. Cet ke-1 1988
Schade,Johannes
p. Encyclopedia of word religion.New York : concord publishing.2006
Sad Darsana
Filsafat
Nyaya tentang Tuhan dan Kelepasan
Makalah
Disusun untuk
Memenuhi Syarat pada Matakuliah Hinduisme
Oleh :
Moh.
Sandiawan
(1111032100048)
JURUSAN
PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS
USHLUDDIN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
[1] Matius ali. Filsafat
india (sebuah pengantar hinduisme & buddhisme). (sanggar
luxor,2010).h.31-32
[2] Matius ali. Filsafat
india (sebuah pengantar hinduisme & buddhisme). (sanggar
luxor,2010).h.32-33
[3] Vatsyayana mendefinisikan
‘pranama’ sebagai sarana atau instrument pengetahuan : uddhyotakara menyebutkan
‘penyebabnya pengetahuan’ (upalabdhiheru).Fungsi subjek pengenal dan objek
hanya terpenuhi dengan mengaktifkan pranama : sementara pramana tidak terpenuhi
fungsinya, kecuali dengan mengaktikafkan pengenalan,jadi pramana dianggap sebagai
penyebab pengenalan yang sebenarnya.lihat Matius ali. Filsafat india (sebuah
pengantar hinduisme & buddhisme)h.34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar